A.
PENGERTIAN
MUSIK ( ZAMAN ROMANTIK )
Musik pada zaman romantic adalah kegiatan music yang lebih
menitik berarkan pada penggarapan pada pemamfaatan timbre, ritmik, melodi,
dan harmoni.
Karya-karya music nya lebih mengutamakan pada garapan emosial dan dramatis. Bentuk
musiak-musik pada zaman klasik didominasikan oleh program-program resiatal
maupun konser.
B.
TOKOH
MUSIK BARAT ZAMAN ROMANTIK
Musik
era Romantik dimulai pada tahun 1815 dan berakhir pada tahun 1910. Walaupun
dinamakan era musik Romantik, bukan berarti musik di masa ini hanya berisi
tentang cinta ataupun cinta yang romantik. Sebenarnya era musik tersebut
dinamakan Romantik karena dapat menggambarkan adanya ekspresi pada komposisi
musik pada jangka waktu tersebut. Lalu kenapa disebut Romantik? Sekali lagi
Romantik di sini tidak ada hubungannya dengan cinta. Namun karya-karya dan
komposisi musik yang lebih bergairah dan jauh lebih ekspresif daripada era-era
sebelumnya. Dapat dikatakan bahwa berkembangnya musik Romantis sebagai ungkapan
perasaan perorangan. Manusia melarikan diri dari realita ke dalam dunia bunyi.
Kekayaan bunyi baru diperoleh dengan perwujudan melodi, harmoni dan bentuk
musik secara baru. Pada contohnya, transisi indah dari gerakan ke 3 hingga
gerakan ke 4 dari symphony Beethoven. Pada dasarnya, semua komposer pada era
Romantik mempunyai cara baru yang jauh lebih menarik dari sebelumnya. Orkesnya
menjadi makin besar. Pemain musik semakin lihai. Perlu dicatat pula, bahwa
masyarakat dari golongan tengah dan rendah makin memainkan peranan di kota.
Maka lahirlah jenis musik baru: Musik hiburan. Di Amerika musik Jazz, di Eropa
musik Salon, musik koor pria, fanfare (Sebuah Fanfare adalah lagu pendek yang
dimainkan oleh terompet dan alat musik tiup lain, sering disertai dengan
perkusi, biasanya untuk keperluan upacara, biasanya untuk bangsawan atau
orang-orang penting), musik rumah (terutama untuk piano), waltz, operet. Opera
yang pernah popular di masanya, namun kini untuk masyarakat telah menjadi hal
yang biasa. Musik Klasik dipentaskan kembali, namun untuk golongan atas.
Karakteristik utama dari musik Romantik sendiri adalah kebebasan lebih dalam
bentuk musik dan ekspresi emosi serta imaginasi dari komposer. Lalu ukuran dari
orchestra yang menjadi semakin besar dan bahkan bisa disebut raksasa
dibandingkan sebelumnya. Hasil karya dari para komposer juga menjadi semakin
kaya akan variasi dari mulai lagu hingga karya pendek dengan piano dan diakhiri
dengan ending yang sangat spektakuler dan dramatis pada puncaknya. Secara
teknik, para pemain musik pada era ini juga mempunyai level sangat tinggi
terutama dalam alat musik piano dan biola. Banyak sekali musisi yang dianggap
sebagai seorang virtuoso di bidang musik. (Virtuoso dari bahasa Italia:
virtuoso, bahasa Latin Virtus, yang berarti: skill, keahlian, excellence. Jadi
Virtuoso adalah seorang yang memiliki kemampuan teknis yang luar biasa dalam
bidang menyanyi atau memainkan alat musik).
Era musik
klasik sendiri ditandai dengan terciptanya symphony berjudul Eroica yang
diciptakan oleh Ludwig Van Beethoven. Era ini merupakan transisi dari era musik
klasik dan modern. Hal inilah yang menyebabkan jenis musik menjadi lebih
sederhana dan lebih mudah. Contohnya, daripada memakai pivot chord, era musik
klasik lebih banyak memakai pivot note. Komposer seperti Beethoven dan Richard
Wagner lebih suka memakai harmonic dan mengembangkan chord yang sebelumnya
tidak dipakai atau juga chord yang diinovasi lebih. Contoh terbaik dari fungsi
harmonic adalah Tristan und Isolde dimana Richard Wagner memakai chord
temuannya, Tristan chord. Era ini juga merupakan era opera. Nama Richard Wagner
diakui dunia karena ciptaannya di bidang opera yang sering dimainkan. Lalu
opera Carmen hasil karya bizet dari prancis dan juga opera verismo dari italia
yang menggambarkan realitas, sejarah, dan dongeng melalui indahnya lantunan
music.
C.
SEJARAH
MUSIK BARAT ZAMAN ROMANTIK (1810-1920)
Lukisan pertama adalah karya Nicolas
Poussin, salah satu pelukis pada zaman High Baroque yang idenya sangat
dipengaruhi oleh gerakan Klasikal. Ini adalah suatu lukisan klasik tulen, subject
matter-nya adalah penguburan seorang pahlawan Yunani dan gaya arsitektur
yang digambarkan adalah gaya arsitektur Roma. Dalam lukisan ini Poussin
menggambarkan dunia menurut kaum rasionalis: dunia yang teratur dan indah,
sebuah surga kaum Klasik. Kematian tetap ada, tapi tidak digambarkan sebagai
sesuatu yang mengerikan (meskipun tidak juga dengan pengharapan). Air
digambarkan begitu tenang, pohon-pohon tidak tertiup angin. Segala sesuatu
terlihat jelas dan pada tempatnya. Misteri, horor, dan emosi tidak mempunyai
tempat di sini. Lukisan yang kedua adalah hasil karya Caspar David Friedrich,
seorang pelukis Romantik. Yang langsung membedakan kedua lukisan ini adalah
unsur misterinya. Pemandangan di lukisan Poussin tidak terhalang sama sekali,
tapi dalam lukisan Friedrich kabut yang tebal justru menjadi isi lukisannya.
Friedrich tidak melukiskan pemandangan yang jelas, dan justru “ketidakjelasan”
itulah yang menjadi topik lukisannya. Yang digambarkannya bukan predictability,
namun unpredictability. Si Pengembara berdiri dengan pose yang
kurang stabil, rambutnya tertiup angin. Di hadapannya terbentang jurang yang
tidak terlihat dasarnya, di ujung horison ada puncak-puncak gunung yang lebih
tinggi dari tempat ia berada. Dalam lukisan ini, rasio tidak lagi memegang
kendali. Gerakan Romantik adalah suatu respons terhadap Gerakan Klasikal:
menolak rasio sebagai satu-satunya otoritas dalam segala sesuatu. Emosi,
perasaan, misteri telah menantang posisi rasio. Bahkan usaha untuk
mendefinisikan istilah Romanticism pasti akan berakibat reduksional
sebab gerakan ini adalah gerakan yang pada intinya menolak definisi, menolak
kekakuan sistem dan struktur. Ada suatu perkataan dari zaman Romantik yang
mengatakan, “Heard melodies are sweet, but unheard ones are even sweeter.”1
Pada awalnya dampak dari semangat
ini dalam musik hanya berakibat eksperimentasi dari pihak komponis; ekspresi
hal-hal yang misterius dan di luar logika tidak bisa lagi hanya terpaku dalam
sistem yang sudah eksis. Maka ilmu harmoni dan sistem tangga nada yang menjadi
warisan zaman-zaman sebelumnya dilebarkan ke dalam area-area yang sebelumnya
tidak digunakan. Kromatisasi2, misalnya, dulu digunakan hanya sebagai suplemen,
namun musik Romantik menggunakan kromatisasi bukan sebagai bumbu tapi sebagai
lauk-pauk. Secara harmoni, musik Romantik juga menggunakan chord progression
yang bersifat kromatik yang menyebabkan efek ambiguitas tonal; yaitu suatu
lagu yang tidak terlalu jelas berada di tangga nada apa.
Bukan hanya secara melodi dan
harmoni, tapi ritme juga menjadi subjek eksperimen. Kalau Saudara memperhatikan
partitur di atas, dalam satu ketuk tangan kanan memainkan 4 not sedangkan
tangan kiri membagi waktu yang sama untuk memainkan 3 not. Permainan ritme yang
irregular seperti ini tidak baru ditemukan pada zaman Romantik, namun pada
periode sebelumnya hal seperti ini tidak lumrah ditemukan dengan durasi yang
berkepanjangan. Dalam Fantasie-Impromptu karya Chopin hamper keseluruhan
ritmenya berpola demikian. Dalam karya musik Klasikal, not pertama atau chord
pertama biasanya sangat jelas bunyi dan entry-nya, sesuai dengan
prinsip clarity. Tidak demikian dengan musik Romantik. Beethoven
misalnya3, dalam Symphony No.9-nya ia sengaja memulai karyanya dengan
sangat sangat lembut dan berangsur menjadi keras. Menurut seorang kritikus
musik yang menghadiri pementasan pertama symphony tersebut, hal ini
mempunyai efek seakan-akan musik tersebut sudah berjalan sejak dahulu
kala dan baru sekarang terdengar! Besarnya suatu orkestra juga menjadi tempat
eksperimen. Secara tradisional jumlah pemain di sebuah orkestra Klasikal
biasanya berkisar antara 30-35 pemain. Hector Berlioz, seorang komponis zaman
Romantik pernah mengatakan orkestra idamannya berjumlah 465 instrumen yang
berisi antara lain: 120 violins, 45 cellos, 37 double basses,
30 harps, dan 30 pianos. Musik Romantik tidak lagi tetap tinggal
dalam hal-hal yang sudah diketahui tetapi memulai suatu perjalanan terhadap
hal-hal yang misterius dan indefinite. Sampai dengan zaman Klasikal,
konsep aktualisasi diri bukanlah sesuatu yang dimiliki masyarakat Eropa4. Ada
yang lahir dalam keluarga bangsawan, ada yang menjadi petani. Masing-masing
kemudian menjalani hidupnya di dalam status kelahirannya. Namun pada abad ke-19
khususnya setelah Revolusi Perancis, sistem feudalis masyarakat Eropa mulai
runtuh. Kapitalisme dan Merkantilisme menyebar luas dan individualisme mulai
lahir. Sebelum Beethoven, para musikus mau tidak mau harus hidup dengan Poussin
– Funeral of Phocion tunjangan seorang patron, biasanya seorang
bangsawan.
Sangat sulit bagi seorang
musikus jika ia mau mencari nafkah secara independen, pada waktu tersebut
prinsip copyright belum secara luas diterapkan. Tetapi Beethoven
mendobrak hal ini, ia memanfaatkan Merkantilisme yang mulai bertumbuh dan
berhasil menjadi musikus yang independent lewat konser-konser dan juga royalti
dari penerbitan dan penjualan partitur karyanya. Seniman dan musikus yang lain
pun mulai hidup dengan cara demikian. Kebebasan ini membuat untuk pertama
kalinya dalam sejarah para seniman bebas; musik karya mereka tidak lagi digubah
menurut selera publik umum, musik telah menjadi aktualisasi diri mereka.
Langkah-langkah ini telah mengakibatkan pengaruh yang luar biasa terhadap dunia
musik. Kebebasan yang dibawa oleh periode Romantik bukan hanya mendefinisikan
ulang apa itu musik dan keindahan, tapi juga kehidupan. Dan seperti kuda lepas
dari kandang, kebebasan ini akhirnya menjadi kebablasan. Musik dari
zaman Renaissance sampai Klasikal adalah musik yang digubah dengan mengetahui
batas-batas ekspresi. Seperti yang sudah dibahas, musik Klasikal dibatasi oleh
persepsi logika, musik Baroque dilimitasi oleh ilmu harmoni warisan zaman
Renaissance, dan musik Renaissance sedikit banyak dilimitasi berdasarkan
hubungan numeral. Bach dalam St. Matthew Passion telah menuliskan satu
melodi yang begitu menyayat hati, yaitu ketika Petrus menyesal setelah ia
menyangkal Tuhannya kali ketiga. Tapi sewaktu kita mendengarnya tentu tidak
seperti mendengar orang yang menangis meraung-raung yang sudah pasti tidak akan
terdengar musikal sama sekali. Dalam musik Baroque, tangisan pun mempunyai
melodi yang mengikuti aturan musik. Namun atas nama ekspresi, gerakan Romantik
tidak mau berhenti sampai di sini. Pada akhirnya, musik Romantik hancur di
bawah beratnya sendiri. Sebagai contoh adalah Richard Strauss dan operanya Salome,
yaitu kisah ketika Yohanes Pembaptis dipenggal oleh Herodes untuk memenuhi
permintaan anaknya (dinamakan Salome dalam opera ini) yang telah menari
untuknya. Dalam adegan Salome mencium kepala Yohanes Pembaptis yang sudah
terpenggal, Strauss menggunakan chord yang berisi 10 not berbeda untuk
mengekspresikan suasana yang begitu menjijikan. Dalam tradisi harmoni musik
Eropa, chord yang lengkap hanya dapat berisi 3 not yang berbeda. Chord
extension seperti seventh chord berisikan 4 dan memerlukan resolusi
ke chord yang lebih stabil, menurut ilmu harmoni. Bisa dibayangkan
betapa ngerinya bunyi 10 not yang berbeda ketika dibunyikan bersamaan dan tanpa
resolusi. Strauss sendiri membela keputusannya untuk menuliskan musik yang
sedemikian disonans karena menurutnya tidak ada chord normal yang mampu
menggambarkan kengerian yang ingin ia tampilkan, maka ia membuat “musik” yang
tidak lagi menuruti prinsip dasar musik itu sendiri. Perkembangan ini tidak
mungkin bertahan lama sebelum hancur, seperti bangunan yang mau dibangun tanpa memiliki fondasi,
atau seperti ikan yang merasa dibatasi oleh air.
Pada akhirnya, Romanticism yang mengkritik gerakan
Klasikal sebagai gerakan yang sempit karena mengutamakan rasio, telah jatuh ke
ekstrim yang lain: menjadi gerakan yang irasional. Komponis-komponis berikutnya
meneruskan semangat ekspresi gila-gilaan ini, dan pada akhirnya ilmu harmoni
ditolak secara total, masuk ke dalam zaman musik atonal5 dan periode Modern
yang kacau. Tidak semua musik Romantik sedemikian ekstrim tentunya, khususnya
karya-karya yang digubah pada pertengahan pertama abad ke-19 masih mempunyai
keseimbangan antara ekspresi emosi dan aturan musik, khususnya oleh
komponis-komponis yang cenderung old-fashioned seperti Johannes Brahms,
Felix Mendelssohn, Robert Schumann, dan lain-lain. Mendelssohn, khususnya,
sebagai seorang Kristen yang takut akan Tuhan mempunyai banyak karya yang
sangat indah, dan sesuai dengan semangat Romantik karyanya mempunyai kekuatan
dramatis dan emosional yang sangat dalam tapi tanpa kehilangan keteraturan. Dua
oratorionya, St. Paul dan Elijah adalah beberapa karya teragung
sepanjang zaman. Sayangnya, selain Mendelssohn boleh dibilang tidak ada
komponis besar Kristen lainnya, dan kemerosotan moral pada abad ke-19 telah
mengakibatkan banyak karya-karya musik zaman Romantik berkisar pada tema-tema
yang sangat tidak Alkitabiah. Symphony terakhir Tchaikovsky yang
dielu-elukan sebagai karya terbaiknya, menurut adiknya, Modest Tchaikovsky,
adalah ekspresi kefrustrasian Tchaikovsky terhadap dunia yang menyerang
homoseksualitasnya. Bukan hanya karya non-Alkitabiah, akhirnya karya-karya yang
didasarkan pada cerita Alkitab pun hasil akhirnya sama sekali tidak Alkitabiah
karena tidak setia kepada prinsip Alkitab. Sebagai contoh, opera Salome tadi
mengambil kisah Alkitab tetapi kemudian menceritakan kembali dengan mindset Romantik
yang sama sekali tidak tertarik untuk memperjuangkan kebenaran Alkitab atau
untuk memuliakan Allah; adegan yang menjadi hidangan utama malah adalah tarian
Salome yang dinamakan Dance of the Seven Veils, di mana soprano yang
memerankan Salome harus turun derajat menjadi stripper dan berakhir
dengan kematian Yohanes Pembaptis, serta Salome yang akhirnya dieksekusi
ayahnya sendiri. Tidak berarti musik atau seni yang baik adalah seni yang tidak
realistis, yang tidak mengenal rasa frustrasi atau ketidaksusilaan. Kitab
Mazmur pun dipenuhi dengan berbagai keluhan dan seringkali mengungkapkan
kehidupan manusia yang dipenuhi dengan sengsara. St. Matthew Passion dari
Bach juga tidak dipenuhi kebahagiaan atau keindahan, tetapi seperti di dalam
Alkitab selalu ada resolusi. Kitab Mazmur yang meskipun dimulai dengan keluh
kesah, selalu diakhiri dengan pengharapan dan iman kepada Tuhan. Maka seni yang
baik adalah seni yang mengembalikan kondisi yang rusak kepada kondisi yang Righteous.
Righteousness dalam seni bukan berarti segala sesuatu harus tanpa dosa,
sebab hal ini pasti berlawanan dengan realita. Menjadi Righteous mempunyai
arti membenarkan, membuat apa yang kacau menjadi harmonis. Sebab Allah kita
bukanlah Allah yang menghendaki kekacauan, tetapi damai sejahtera. Kiranya
tulisan ini boleh membawa kita mengerti kelebihan dan kekurangan musik yang
menjadi warisan kita, dan boleh membantu kita dalam menggunakannya untuk
kemuliaan Tuhan. Soli Deo Gloria.
Jethro Rachmadi, (Pemuda MRII Melbourne) Mahasiswa Bachelor
of Music di University of Melbourne.
Endnotes:
1. Arnold Whitall, Romanticism. (London:
Thames and Hudson, 1987) 9
2. Kromatisasi adalah pergerakan not
naik atau turun dengan beda setengah, misalnya 1,1/2, 2/ 3 dalam not angka.
3. Beethoven adalah komponis yang
lahir dan memulai karirnya dengan musik Klasik, namun pada masa pertengahan
hidupnya gaya komposisinya telah berubah menjadi musik Romantik.
4. Misalnya, pada zaman sekarang
anak kecil sering ditanya, “Mau jadi apa kalau sudah besar?”
5. Atonal = tanpa tonalitas. Kalau
Saudara mendengar musik ini, tidak akan tahu musik itu dimainkan secara benar
atau salah karena semuanya terdengar tanpa harmoni.
D. MUSIK
GEREJA ERA ROMANTIK
Musik
gereja abad ke-19 pun menampakkan diri dalam beberapa lapisan : Di satu pihak
terdapat musik tinggi dengan orkes besar sebagai lanjutan tradisi klasik, namun
kini dalam gaya Romantik (Fr. Schubert,
J. Rheinberger, F. Liszt, A. Bruckner A. Dvorak, Ch. F. Gounod, G ) .
1) Verdi, C. Franck, J. Brahms). Perlu disebut pula bahwa
lebih-lebih di Eropah Tengah dalam abad ke-19 lahir banyak lagu Natal yang
bagus-bagus yang terkenal sampai sekarang bahkan sampai ke Indonesia.
Di lain pihak terjadi suatu reaksi terhadap musik orkes dalam ibadat: suatu gerakan pertama-tama menghidupkan kembali nyanyian gereja dari masa Renaissance dan Barok dengan diberi syair baru. Bahkan nyanyian Gregorian dilatih kepada umat. Usaha ini diperkuat dengan adanya buku nyanyian gereja seragam untuk setiap keuskupan sendiri. Untuk menghormati bunda Maria, Hati Yesus, Sakramen Mahakudus terciptalah lagu baru dalam gaya romantis yang cukup sentimental. Gerakan ini berpangkal dari Dom Gueranger (Perancis) serta Fx Haberl (Jerman). Namun karena bersaing dan bertentangan dalam studi terhadap naskah-naskah asli, maka gerakan ini dalam abad ke-19 belum mencapai sasarannya.
Di lain pihak terjadi suatu reaksi terhadap musik orkes dalam ibadat: suatu gerakan pertama-tama menghidupkan kembali nyanyian gereja dari masa Renaissance dan Barok dengan diberi syair baru. Bahkan nyanyian Gregorian dilatih kepada umat. Usaha ini diperkuat dengan adanya buku nyanyian gereja seragam untuk setiap keuskupan sendiri. Untuk menghormati bunda Maria, Hati Yesus, Sakramen Mahakudus terciptalah lagu baru dalam gaya romantis yang cukup sentimental. Gerakan ini berpangkal dari Dom Gueranger (Perancis) serta Fx Haberl (Jerman). Namun karena bersaing dan bertentangan dalam studi terhadap naskah-naskah asli, maka gerakan ini dalam abad ke-19 belum mencapai sasarannya.
2) Suatu inisiatif lain untuk
memperbaharui musik gereja (di suatu aliran gereja) adalah Cecilianisme. Fx.
Witt (1834-1888) melihat keselamatan musik gereja dalam usaha kembali pada
musik polifon seperti diciptakan oleh Palestrina (1525-1594). Dengan mengarang
sendiri gaya 3).Palestrina dan dengan mengajak pengarang lain, maka
terkumpullah banyak lagu koor baru yang diterbitkan. Dan supaya dipakai, maka
Witt mendirikan suatu “organisasi S. Cecilia” : Persatuan koor, dirigen dan
organis yang cukup meluas di Jerman dan Austria. Mereka adakan pertemuan rutin,
konggres; semangatmya dibina oleh Fx Witt sebagai ketua dalam
kunjungannya serta kursus-kursus untuk meningkatkan mutu koor dan nyanyian
gereja. Nyanyian gereja diseragamkan, nyanyian umat dilatih. Namun musik
Neo-Palestrina sama sekali lain dari pada gaya musik abad ke-19; untuk pertama
terbukalah suatu jurang antara perkembangan musik gereja yang berlangsung terus
dalam musik gereja Barat hingga saat ini.
Sebenarnya era musik
tersebut di namakan Romantik karena dapat menggambarkan adanya ekspresi pada
komposisi musik pada jangka waktu tersebut .beberapa karakteristik dari musik
dari Zaman Romantik :
Ø Ekspresi pribadi lebih intens
dipakai dimana fantasi, imajinasi, dan pencarian petualangan memainkan peranan
penting.
Ø Penekanan pada lirik, melodi,
harmoni yang lebih kaya, terkadang kromatik dengan menggunakan perbedaan yang
mencolok.
Ø Rasa yang lebih baik pada
ambiguitas, terutama pada tonality atau fungsi harmonik dan juga dalam
ritme/irama.
Ø Padat, tekstur yang lebih tebal
dengan kontras dramatis yang besar, mengeksplorasi lebih luas nada, dinamika dan
warna nada.
Ø Perluasan dengan orkestra, terkadang
dengan proporsi yang sangat besar, penemuan sistem katup mengarah ke
pengembangan bagian kuningan (brass section).
Ø Memiliki potongan-potongan lagu yang
kaya, klimaks yang spektakuler, dramatis, dan dinamis.
Ø Lebih dekat dengan seni lainnya yang
menyebabkan minat lebih banyak pada program musik (simfoni, symphonic poem,
overture).
Ø Karya panjang dibawa menggunakan
tema berulang (recurring themes).
Ø Keahlian teknis yang lebis besar.
Tokoh
musisi pada zaman Romantik adalah sebagai berikut.
a.
Karya Franz Schubert antara lain Unfinished Symphony, C Mayor Symphony, The
Great, dan Death and the Maiden.
b.
Karya Felix Mendelson (1809–1847) antara lain Scotch, Italian and
Reformation, Eliyah, dan A Midsummer Night’s Dream.
c.
Karya Franz Lizt (1811–1886) antara lain Faust Symphony, Funerailles, Sonata
in B minor, dan Hungarian Rhapsodies.
d.
Karya Peter Ilich Tchaikvsky (1840–1893) antara lain Pathetique no. 6, Piano
concerto in B Flat Minor, dan Romeo and Juliet.
e.
Karya Antonin Dvorak (1814–1907)
antara lain Symphony No. 5 (From the World) dan String Quartet in F
Mayor.
f. Karya Richard Wagner (1813–1883) antara lain Lohengrin, Die Meister Singer, Tannhauser, dan Tristan und Isolde.
g. Karya Johannes Brahms (1833–1897)
antara lain Symphony No. 3, German Requiem, The Double
Concerto for Violin and Celo, Hungarians Dances, dan Overture The
Academic Festival and the Tragic.
Beberapa komposer pada Zaman Romantik :
1.
Johann Sebastian Bach 1685 - 1750
2.
Ludwig Van Beethoven 1770-1827
3.
Anton
Reicha
1770-1836
4.
Johann Wilhelm Wilms 1772-1847
5.
Bernhard Henrik Crusell 1775-1838
Pemain
Gitar Klasik pada zaman Romantik :
1.
Johann Sebastian Bach ( Lahir di Eisenach , Jerman , 21 Maret 1685 – meninggal
28 juli 1750 pada umur 65 Tahun )
2.
Antonio de Torres Jurado ( Lahir di Almeria , Andalucia , Spanyol , 13 Juni
1817 – 19 November 1892 )
itu bagian sejarahnya kak,emang dari cerita tentang lukisan? terus maksud dari partiturnya apa ya? perasaan belum ada kayaknya dijelaskan diatas kak? dan kok bisa lari ke not gituh kak padahal diatas belum ada dibahas tentang itu,tolong diperjelas kak,saya kurang paham :D
BalasHapus